Kamis, 22 November 2012

Bahasa Indonesia


                                 BAB 1
                        PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
                Karya sastra melayu klasik yang terlahir di zaman sebelum angkatan 20-an atau balai pustaka dan termasuk kedalam prosa lama ini mulai pudar pesonanya di makan oleh zaman. Dan mulai tergeser kedudukannya oleh karya sastra modern.
Ternyata waktu, bahasa, gaya hidup, perubahan zaman, masuknya pengaruh luar yang sedikit demi sedikit ikut merubah pola adat istiadat Indonesia termasuk faktor – faktor yang mempengaruhi tergesernya kedudukan karya sastra melayu klasik di zaman modern ini.
Tak hanya peminatnya saja yang telah berkurang tetapi para penciptannya atau senimannya juga sudah mulai berkurang. Sejalan dengan bergulirnya zaman
.
1.2  Tujuan Penulisan
- Mendeskripsikan karya sastra Melayu Klasik
- Untuk menambah pengetahuan Serta Wawasan mengenai karya Sastra Indonesia
- Agar mengetahui Ciri – ciri, dan unsur – unsur yang terkandung dalam karya sastra melayu klasik
- membandingkan karya sastra Melayu Klasik dengan karya sasra Modern
1.3 Ruang Lingkup
Karya sastra melayu klasik adalah sebuah topik yang memiliki cakupan pembahasan yang tidak terbatas dan penjabaran yang luas.
Tetapi didalam karya ilmiah ini penulisan hanya mendeskripsikan sebatas :
- Definisi karya sastra melayu
- Mendeskripsikan karakteristi sastra melayu klasik yang terbagi atas ciri – ciri dan sifat – sifat sastra melayu klasik.
- Unsur – unsur yagn terkandung dalam karya sastra melayu klasik.
1.4 Landasan Teori
Karya sastra Melayu Klasik memiliki ciri khas yang berbeda dengan karya sasra Indonesia Modern. Pada awalnya, naskah – naskah itu ditulis untuk kepentingan raja, dinasti, dan kerajaan. Raja dianggap sebagai pusat kesakralan pergaulan hidup yang ”melindungi” masyarakat. Dan sastra melayu klasik terdapat nilai – nilai moral, budaya, nilai – nilai luhur yang lain, yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan. 
Struktur cerita dalam karya sastra melayu klasik sama dengan prosa fiksi, meliputi : plot ( alur ), tokoh, latar (setting), tema, sudut pandang, dan bahasa yang digunakan pengarang.
1.5 Hipotesis
- karya sastra melayu klasik lebih mengutamkan nilai – nilai dan pesan moral.
- Unsur – unsur yang membangun karya sastra melayu klasik sama dengan novel.
1.6 Kata Pengantar

 BAB 2
PEMBAHASAN

1. Karya Sastra Melayu Klasik
                        Sastra Melayu Klasik sudah eksis di tanah air sejak abad ke-16 Masehi. Semenjak itu hingga sekarang gaya bahasanya tak banyak mengalami perubahan.
            Naskah pertama yang tertulis dalam bahasa 
Melayu klasik berupa sepucuk surat dari raja Ternate, Sultan Abu Hayat kepada raja João III di Portugal berangka tahun 1521 Masehi.
            b. Bentuk-Bentuk Karya Sastra Melayu Klasik
                                1. Hikayat
                                Hikayat Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa yang berisikan tentang kisah, cerita, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama. Hikayat sering dimulai dengan kata: sumber mula, arkian, syahdan, alkisah, dan tersebutlah. Contohnya : Alkisah Tjetera yang Kedua.
                                2. Gurindam
                                 Gurindam Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
                                 3. Karmina
                                   Populer disebut pantun kilat adalah pantun dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua langsung isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya dipakai untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung.
 Contoh:
"Sudah gaharu cendana pula Sudah tahu masih bertanya pula"
                       
4. Pantun
                                      Serupa puisi 4 baris, berciri sajak a-b-a-b attau a-a-a-a. Dua baris awal merupakan sampiran, umumnya tentang alam (flora dan fauna); dua baris ujung bagian isi, sebagai tujuan pantun.
 Contoh:
Kayu cendana diatas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
                                5. Seloka
                                   Seloka merupakan bentuk puisi Melayu Klasik, berisikan pepetah maupun perumpamaan yang mengandung senda gurau, sindiran bahkan ejekan. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair, terkadang dapat juga ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
Contoh:
Baik budi emak si Randang Dagang lalu ditanakkan Tiada berkayu rumah diruntuhkan Anak pulang kelaparan Anak dipangku diletakkan Kera dihutan disusui
                                    6. Syair
                                    Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun , 2 baris terakhir yang mengandung maksud).
Contoh :
            Dengarkan tuan ayah berperi Kepada Anaknda muda bestari Jika benar kepada diri Masihat kebajikan ayahnda beri Aduhai anakanda muda remaja Jika anaknda mengerjakan raja Hati yang betul hendaklah disahaja Serta rajin pada bekerja Jika anakanda menjadi besar Tutur dan kata janganlah kasar Janganlah seperti orang sasar Banyaklah orang menaruh gusar Tutur yang manis ankanda tuturkan Perangai yang lembut anakanda lakukan Hati yang sabar ankanda tetapkan Kemaluan orang anakanda pikirkan Kesukaan orang anakanda cari Supaya hatinya jangan lari Masyurlah anakanda dalam negeri Sebab kelakuan bijak bestari Jika memerintah dengan cemeti Ditambah dengan perkataan mesti Orang menerimanya sakit hati Barangkali datang fikir hendak mati Inilah nasehat ayanda tuan Kepada anakanda muda bangsawan Nafsu yang jahat anakanda lawan Supaya jangan tertawan HAbislah nasehat habislah kalam Ayahanda memberi tabik dan kalam Kepada orang masihi dan Islam Mana-mana yang ada bekerja didalam.
                            7. Talibun
                                  Talibun adalah sejenis puisi lama seperti pantun karena mempunyai sampiran dan isi , tetapi lebih dari 4 baris ( mulai dari 6 baris hingga 20 baris ). Berirama abc-abc , abcd-abcd , abcde-abcde , dan seterusnya .
Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanakpun cari
Induk semang cari dahulu

            c. Unsur – unsur Karya Sastra Melayu Klasik
                Dilihat dari unsur – unsurnya, naskah sastra melayu klasik juga emiliki tema, tokoh, sudut pandang, alur amanat dan nilai – nilai, seperti halnya naskah sastra cerpen dan novel. Setelah anda membaca karya sastra melayu klasik tersebut, tentu kita dapat menemukan struktur atau unsur – unsur karya sastra melayu klasik. Struktur karya sastra melayu klasik hampir sama dengan karya sastra lainnya, seperti tema amanat, alur, tokoh, latar dan sudut pandang.
            Tema adalah dasar cerita sebagai titik tolak pengarang dalam menyususn cerita. Sebelum menyususn cerita, pengarang haruslah menentukan temanya terlibih dahulu.
Amanat adalah pesan – pesan yang ingi disampaikan pengarang kepada para pembancanya.
Alur atau plot adalah struktur penceritaan yang didalamnya berisi rangkaian kejadian atau peristiwa yagn disusun berdasarkan hukum sebab akibat serta logis. Alur tersebut ada yang berupa alur maju, alur mundur, atau alur campuran.
 Pertokohan adalah cara pengarang dalam melukiskan tokoh tokokh dalam cerita yangdiciptakannya. Latar atau setting merupakan tempat, waktu dan keadaan terjadinya suatu peristiwa.
Description: 2556700-706b1d969ca5d49c743d2b9607187cc0.jpegSudut pandang atau point of view adalah bagaimana cara pengarang menempatkan dirinya dalam cerita yang ditulisnya.
            Sudut pandang ini terbagi menjadi dua, yaitu pola orang pertama adalah kata aku, saya, kami, pola orang pertama ini dapat terbagi menjadi tiga macam, yaitu pengarang sebagai tokoh utama, pengarang sebagai pengamat tidak langsung, dan pengarang sevagai pengamat langsung.
            d. Ciri-Ciri Karya Sastra Melayu Klasik
1. Isi ceritannya berkisar pada tokoh raja – raja dan keluarganya ( Istana Senris )
2. Bersifat pralogis, yaitu memiliki logika tersendiri yang tidak sama dengan logika umum, atau disebut juga fantasis.
3. mempergunakan banyak kata arkais misalnya, hatta, syahdan, sahibul hikayat, menurut empuhnya cerita, konon dan tersebutlah perkataan.
4. Tema dominan dalam hikayat adalah petualangan, biasanya di akhir kisah, tokoh utamnya berhasil menjadi raja dan orang – orang yang dimuliakan.
5. Nama pengarang biasanya tidak disebutkan lanonim).

            e. Sifat –Sifat Karya Sastra Melayu Klasik 
1. Sastra lama bersifat komunal yakni milik bersama
2. pada umumnya sastra lama bersifat anonim yakni tidak diketahui nama pengarangnya.
3. Sastra lama bersifat kurang dinamis yakni gerak perubahannya sangat lamban jika dilihat dari sudut masyarakat sekarang, seolah – olah kelihatan statis.
4. Pada umumya sastra lama tidak kurang rasional karena kejadian – kejadian yang digambarkankurang masuk akal.
5. Pada Umumnya sastra lama bersifat istana sentas.
6. Pada umunya sastra lama bersifat didaktis yakni bersifat memberikan pengajaran / pendidikan kepada para pembaca, baik didaktif moral maupun didaktif religius.
7. Pada umumnya sastra lama bersifat seimbolis karena kebanyakan ceritannya disajikan dalam bentuk lambang.
8. Sastra lama bersifat tradisional yakni sifat mempertahankan kebiasaan atau adat untuk tetap
berlaku sesuai dengan keadaan jamannya.
9. Sastra lama bersifat klasik imitatif yaitu sifat kebiasaan tiru meniru yang tetap saja turun temurun.
10. Sastra lama sebenarnya tidak menceritakan manusia tetap menceritakan sifat – sifat universal mausia misalnya sifat – sifat baik, jahat, cerdik bodoh, adil, alim, dan lain sebagainya.

2. Cerita Rakyat
            a. Pengertian Cerita Rakyat
                        Cerita Rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa Indonesia. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa.
            b. Fungsi Cerita Rakyat
                        Cerita rakyat selain sebagai hiburan juga bisa dijadikan suri tauladan terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral. Banyak yang tidak menyadari kalau negeri kita tercinta ini mempunyai banyak Cerita Rakyat Indonesia yang belum kita dengar, bisa dimaklumi karena cerita rakyat menyebar dari mulut – ke mulut yang diwariskan secara turun – temurun. Namun sekarang banyak Cerita rakyat yang ditulis dan dipublikasikan sehingga cerita rakyat Indonesia bisa dijaga dan tidak sampai hilang dan punah.
            c. Jenis-Jenis Cerita Rakyat
                1. Legenda
            Menceritakan kehidupan seorang tokoh, peristiwa, kejadian, atau tempat.
            Contoh : malin kundang, tangkuban perahu
·        Malin Kundang
                   Malin Kundang adalah kaba yang berasal dari provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Legenda Malin Kundang berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya dan karena itu dikutuk menjadi batu. Sebentuk batu di pantai Air Manis, Padang, konon merupakan sisa-sisa kapal Malin Kundang.
                Karena kepopulerannya kisah Malin Kundang berkali-kali diolah dalam berbagai bentuk, baik cerpen, drama, dan sinetron. Karya-karya adaptasi ini sangat beragam. Dramawan dan sastrawan Wisran Hai menjadikan kisah Malin Kundang sebagai dasar dalam dramanya Malin Kundang (1978) dan Puti Bungsu (1979)
·        Cerita
                Pada suatu waktu, di desa terpencil ada sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatera Barat. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang Ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas. Ayah Malin tidak pernah kembali ke kampung halamannya sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.
            Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang. Karena merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung halaman kelak.
            Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.
            Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.
            Malin Kundang terkatung-katung di tengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
            Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya, Malin Kundang beserta istrinya.
            Ibu Malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat bekas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya, Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh istrinya dan juga anak buahnya.
            Mendapat perlakukan seperti itu dari anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menyumpahkan anaknya, "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu". Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang. Sampai saat ini Batu Malin Kundang masih dapat dilihat di sebuah pantai bernama pantai Air Manis, di selatan kota Padang, Sumatera Barat.
·        Apresiasi
                Satu bentuk karya sastra lisan Minangkabau yang telah banyak diinterpretasi oleh khalayak penikmat adalah legenda “Malin Kundang”. Meskipun telah dikenal luas, cerita legenda ini dianggap dan diyakini berasal dari daerah pesisir pantai Aie Manih (Air Manis) Padang. Hal ini disebabkan adanya batu karang di pantai tersebut yang diyakini sebagai bukti tinggalan cerita legenda ini.
            Dari segi ceritanya, “Malin Kundang”telah mendapat banyak tanggapan pembaca yang beragam terutama terhadap tema dan amanat cerita. Apresiasi terhadap “Malin Kundang” ini juga merupakan bentuk resepsi atau tanggapan pembaca. Hingga saat ini telah banyak tanggapan pembaca terhadap karya ini. Penyimpulan tema dan amanat cerita yang berubah adalah juga satu wujud resepsi.
            Dilatarbelakangi pengetahuan dan pengalamannya, penulis naskah mengapresiasi dan menginterpretasi “Malin Kundang” dalam bentuk karya baru. Selain latar belakang kondisi sosial budaya yang berbeda, tujuan akhir “Malin Kundang“.sebuah karya juga menentukan unsur-unsur karya baru tersebut. Hal inilah yang tampaknya membawa pembaca seperti Wisran Hadi yang dengan latar belakang pengalamannya dapat menampilkan “Malin Kundang” dalam bentuk yang lain, yaitu dari teks sastra lisan menjadi sebuah teks naskah drama. Berbeda dengan bentuk karya sastra prosa dan puisi, naskah drama memiliki tujuan akhir pementasan. Oleh karena itu, naskah drama sangat terbuka terhadap interpretasi untuk tujuan pementasan. Namun, penelitian ini tidak akan menyentuh aspek pementasan tersebut.  
            Dalam penelitian ini, peneliti lebih menitikberatkan pada aspek tekstual kedua objek penelitian, yaitu unsur-unsur yang ada di dalamnya dan perbandingan antarkeduanya yang pada akhirnya dapat membantu mempertajam pemahaman terhadap objek penelitian, yaitu naskah drama “Malin Kundang”. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah unsur-unsur instrinsik objek penelitian dan hal-hal yang mempengaruhi apresiasi, dan interpretasi terhadap objek penelitian yang berkelanjutan dan menyebabkan munculnya bentuk-bentuk karya baru sebagai bentuk tanggapan, respon, dan intertekstualitas.
Pembicaraan dan analisis penelitian ini terbatas pada unsur intrinsik kedua objek yaitu tokoh, tema, dan perbandingan antara kedua objek penelitian. Di samping itu, penelitian perbandingan lebih diarahkan pada hal-hal yang mempengaruhi munculnya perbedaan bentuk dan isi kedua objek penelitian dalam ruang lingkup estetika responsif dan intertekstualitas.
Tema adalah ide yang mendasari cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Oleh karenanya, dalam usaha meraih makna sebuah cerita seorang pembaca harus mampu memahami unsur-unsur dalam cerita itu tersebut.
Tokoh-tokoh dalam “Malin Kundang” dapat dikenali sebagai berikut. Pertama, tokoh utama adalah Malin Kundang. Dasar penyebutan tokoh ini sebagai tokoh utama adalah dari penggunaan nama (judul) cerita yang menggunakan nama tokoh tersebut dan intensitas penceritaan di dalam cerita “Malin Kundang”.
Oleh karena “Malin Kundang” berbentuk lisan, indikator yang diperoleh dalam analisis bukanlah dialog antartokoh, melainkan tindakan atau lakuan tokoh dalam sebuah alur cerita. Hal ini juga menunjukkan keterkaitan unsur lain dalam cerita yang turut mendukung penokohan.
            Tokoh Malin Kundang, pada awal cerita “Malin Kundang” tidak ditemukan indikator perwatakan yang jelas. Namun, dapat disimpulkan sejak kecil hingga dewasa, tokoh memiliki watak yang baik. Rasa hormat pada ibunya dapat disimpulkan dari lakuan Malin Kundang yang meminta izin ibunya saat ia berniat hendak pergi merantau. Saat seorang awak kapal menawarinya ikut menjadi awak sebuah kapal saudagar, Malin Kundang menyempatkan diri untuk pulang ke rumah dan meminta izin pada ibunya.
            Selanjutnya, watak Malin Kundang berubah. Wataknya menjadi keras hati, tak hormat pada orang yang lebih tua, pencaci, dan cenderung congkak. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kehidupannya yang makin baik dan “Malin Kundang” derajatnya yang meningkat. Watak ini ditunjukkan saat kedatangan seorang perempuan tua yang mengaku sebagai ibu kandungnya. Malin Kundang berkeras menolak dan tidak mau mengakuinya.
            Tokoh ibu Malin Kundang juga dapat diketahui wataknya hanya melalui lakuannya. Melalui lakuannya, ibu Malin Kundang dapat disimpulkan sebagai tokoh yang menyayangi Malin Kundang anaknya. Sifat penyayang ditemukan dalam lakuannya yang selalu mengajak Malin Kundang ke mana saja ia pergi saat anaknya masih kecil. Di samping itu, izinnya pada Malin Kundang untuk pergi juga menujukkan rasa sayangnya pada anaknya itu. Mengizinkan anak untuk meraih cita-cita dan memperbaiki hidup adalah sebuah kebahagiaan bagi ibu Malin Kundang.
            Rasa sayang dan cintanya pada Malin Kundanglah yang menyebabkan ia tetap bertahan menunggu pengakuan Malin Kundang bahwa ia adalah ibunya. Ibu Malin Kundang tidak serta merta murka atas perlakuan anaknya, tetapi menunggu anaknya menyadari kesalahannya sebelum terlambat. Ibu Malin Kundang tidak mengutuk anaknya menjadi batu, tetapi menuntut hukuman setimpal atas perlakuan anaknya pada dirinya.
      2. Sage
   Menceritakan peristiwa sejarah yang sudah bercampur dengan fantasi rakyat.
   Contoh : hikayat hang tuah, sejarah melayu.
  
    3. Mite
   Menceritakan kejadian yang berakar pada kepercayaan lama
   (dewa-dewi, roh halus, atau kekuatan gaib).
   Contoh : nyi roro kidul, jaka tarub.
      
4. Fabel
   Cerita yang diperankan binatang yang memiliki watak dan budi manusia.
   Contoh : kancil yang cerdik, hikayat kalila.
      
5. Parable
   Cerita yang tokohnya binatang dan manusia
   Contoh : anjing yang loba, kancil dan pak tani.
      
6. Cerita jenaka
   Cerita yang berisi kisah lucu/jenaka.
   Contoh : cerita pak kadok, cerita lebai malang.
·        Abu Nawas
                Abu Nawas adalah tokoh cerita jenaka islam. Cerita Abu Nawas mengisahkan tentang seorang Raja Harun Al Rasyid Mengidap penyakit aneh yaitu badanya terasa kaku dan pegal, ia membuat sayembara untuk menyembuhkan penyakitnya dan datanglah Abu Nawas. Abu Nawas menyruh Raja Harun Al Rasyid mencari telur unta di Pasar Baghdad. Raja Harun Al Rasyid mencari teluh unta ke pasar  Baghdad walaupun dia harus berjalan sangat jauh. Setelah dia bertanya-tanya dengan warga sekitar ternyata Raja telah tertipu oleh Abu Nawas. Raja pun ingin menghukum Abu Nawas tetapi karena perjalanan yang ia lalui saat mencari telur membuat dia sembuh dari penyakit anehnya Abu Nawas pun tidak terkena hukuman.
            Cerita Abu Nawas dapat dibandingkan dengan kisah-kisah jenaka lainnya seperti Kabayan, Lebai Malang, ataupun Pak Belalang.
Cerita Abu Nawas telah dimasukkan ke dalam buku bertajuk "Cerita Jenaka" Perak popular yang lain seperti Pa' Kadok, Pa' Pandir, Lebai Malang,Pa' Belalang, Si-Lunchai oleh Sir R. O. Winstedt dan A. J. Sturrock pada tahun 1908. Cetakan ini telah direvisi sebanyak beberapa kali dengan edisi ketiga pada tahun 1914 dengan 159 halaman
·        Cerita Abu Nawas dan Telur Unta
                Suatu ketika Raja Harun Al Rasyid terkena penyakit aneh. Tubuh Raja Harun Al Rasyid terasa kaku dan pegal. Suhu badannya panas dan tak kuat untuk melangkah. penyakitnya itu membuat sang raja tidak mau makan sehingga sakitnya bertambah parah.
Berbagai tabib sudah berdatangan mengobatinya tetepi tetap saja sakit. Obat pun banyak yang ia minum tapi tetap saja hasilnya.
            Namun demikian, raja tidak mau menyerah. Ia ingin sembuh. Maka iapun memerintahkan pengawalnya untuk mengumumkan sebuah sayembara. Barang siapa bisa menyembuhkan penyakit sang Raja, maka akan diberikan hadiah. berita sayembara itu didengar oleh Abu Nawas. Ia tertarik dengan sayembara ini. maka tidak lama kemudian, iapun memutar otak sebentar dan pergi ke istana Raja Harun Al Rasyid.
Sang Raja terkejut ketika melihat Abu Nawas datang hendak mengobati dirinya.

” Hei Abu Nawas, setahuku kau bukan tabib, tapi mengapa kau ikut sayembara ini?”. Heran sang raja.

“He he he.. tuan raja, janganlah Anda melihat penampilanku, begini begini aku bisa mengobati orang sakit”.

“Benarkah?” kaget sang raja. “Berarti engkau bisa menyembuhkan sakitku juga?”

“Oh tentu Raja,” jawab Abu Nawas, “sebenarnya apa sakit Anda?”
“Aku juga tidak tahu, tapi aku merasa seluruh tubuhku sakit dan badanku panas. Aku tampak lesu Abu Nawas.”keluh sang raja Harun Al Rasyid.

“ha ha ha ha ha….”Abu Nawas tertawa dengan jenaka.
Hei Abu Nawas, apa yang lucu?

“tidak Tuan, kalau penyakit itu sih gampang sekali menemukan obatnya.”terang Abu Nawas.

Sungguh, kaget sang raja lagi. apa nama obat itu dan dimana saya bisa menemukan obat itu?”

baiklah saya beritahu Anda,
nama obat itu adalah telur unta. Anda bisa mendapatkannya di kota Baghdad ini.”

mendengar informasi itu sang raja merasa bersemangat ingin segera mendapatkan telur unta itu.

” hei Abu Nawas, awas jika kau bohong. Akan ku hukum kau?”
“Carilah dulu telur unta itu, jangan asal hukum saja” sanggah Abu Nawas.

Keesokan harinya sang raja berangkat dengan pengawalnya. Ia memakai baju rakyat biasa karena tidak ingin diketahui bahwa ia seorang raja.

Raja Harun Al Rasyid mengunjungi pasar-pasar yang ada di daerah baghdad tapi tidak ditemukan telur unta itu.

Raja Harun Al Rasyid tidak mau menyerah ia terus berjalan kerumah-rumah warga tapi tetap saja ia tidak menemukan telur unta. semangat Raja Harun Al Rasyid ini sungguh kuat sekali, ia tidak peduli seberapa jauh jarak yang ia tempuh untuk mencari telur unta. Hingga akhirnya ia sampai disebuah hutan.

Raja terus berjalan tanpa menghiraukan pengawalnya yang sudah kelelahan. sambil menggerutu ia tetap berfikir dimanakah telur unta itu berada.

” Awas kau Abu Nawas, kalau aku tidak menemukan telur itu akan ku hukum kau!” gerutu sang raja. Pengawal bersiaplah menghukum Abu Nawas besok!”

“Siap raja,” kata pengawal yang sudah kelelahan,”tapi lebih baik kita pulang saja sekarang. memang sepertinya kita tidak menemukan telur itu.”

Raja Harun Al Rasyid pun mempertimbangkan saran pengawalnya, namun beberapa saat kemudian ia melihat seorang kakek yang sedang membawa ranting.

“Tunggu dulu pengawal, kita coba tanyakan kepada satu orang lagi.”seru raja Harun Al Rasyid.

Sang Raja menghampiri kakek yang membawa ranting itu. melihat kondisinya yang sudah tua ia amat kasihan, maka iapun menawarkan jasanya untuk membawakan kayu-kayu itu.

setelah sampai dirumahnya, Sang kakek mengucapkan terima kasih kepada Raja Harun Al-Rasyid yang ia tidak menyangka bahwa ia adalah seorang raja.

” Terima kasih cuk, semoga Allah membalas kebaikan Cucuk?”
“Sama-sama kek,” jawab Raja Harun Al Rasyid.

” Oh iya kek, saya mau bertanya, apakah kakek punya telur unta” tanya raja Haru Al Rasyid pada si kakek.

Telur unta? sang kakek kemudian berfikir sejenak.
“Ha Ha Ha Ha Ha…”tawa sang kakek. Raja Harun Al Rasyid pun keheranan dan bertanya kepada sang kakek.

“Apa saya salah tanya kek? tanya Raja harun Al Rasyid keheranan.” bisa Anda jelaskan?’

Cuk, di dunia ini mana ada telur unta. setiap hewan yang bertelinga itu melahirkan bukan bertelur. jadi mana ada telur unta.

Mendengar penjelasan dari sang kakek membuat sang raja dan pengawalnya tersentak kaget.

“Benar juga mana ada telur unta. unta kan binatang yang melahirkan bukan bertelur.” gumam sang raja.
“Awas kau Abu Nawas!”
Keesokan harinya sang raja dengan perasaan kesal menunggu kedatangan Abu Nawas yang telah mengerjainya. dia mondar-mandir kesana kemari sambil mulutnya komat-kamit.

”Awas kau Abu Nawas! awas kau Abu Nawas!”
Beberapa saat kemudian, Abu Nawas datang. Ia memberi senyum jenaka kepada Raja Harun Al Rasyid.Raja Harun Al rasyid langsung memarahinya.

“Hai kau Abu Nawas, beraninya mengerjai ku. aku tidak terima ini. sesuai dengan kesepakatan kita bahwa Aku akan menghukummu karena kau telah membohongiku. mana ada telur unta, unta itu hewan yang melahirkan bukan bertelur.”

Anda benar Tuan Raja, sahut Abu Nawas membenarkan pernyataan raja Harun Al Rasyid “telur unta itu sebenarnya tidak ada, unta hewan yang melahirkan bukan bertelur.” Sambung Abu Nawas dengan Ceritanya.

“Lantas, mengapa kau menyuruhku untuk mencari telur itu?”sanggah sang raja “pokokya sekarang kamu harus dihukum.”
“Tunggu dulu, tuan raja, sebelum saya dihukum, saya ingin bertanya.
tanya apa?

“Bagaimana kondisi tubuh tuan raja hari ini?” tanya Abu Nawas.
“Kondisi badanku”, sahut raja Harun Al Rasyid, “aku merasa tubuhku tidak pegal dan sakit seperti kemarin-kemarin. suhu badanku pun turun, Sang raja pun terdiam sejenak”.

“Abu Nawas, aku sudah sembuh, penyakitku hilang, penyakitku hilang Abu Nawas. “raja amat gembira mendengar cerita Abu Nawas.

“Aku tahu,” perjalananku yang amat jauh kemarin telah membuat tubuh-tubuhku yang tadinya jarang bergerak menjadi bergerak dan itu membuat aliran darahku yang semula beku menjadi lancar kembali. benar Abu Nawas, itu penyebabnya, terima kasih Abu Nawas. sahut raja Harun Al Rasyid.”

“Benar tuan, kata Abu Nawas, tubuh yang tidak dibiasakan bergerak akan membuat darah membeku dan akhirnya menjadi penyakit. maka dari itu raja, rajinlah bergerak.”

“ya, memang akhir-akhir ini aku sering dikamar. jarang bergerak. kemudian aku juga banyak makan. mungkin ini yang menyebabkan aku sakit. kata sang Raja Harun Al Rasyid.” Abu Nawas maafkan aku telah memarahimu. Aku tidak akan menghukummu tapi aku akan memberikanmu hadiah karena telah memberiku sarang yang luar biasa.”

“Terima kasih tuan raja.” Jawab Abu Nawas singkat.
Banyak makna dan pembelajaran yang kita bisa dapat dari Cerita Jenaka Abu Nawas dan telur Unta tersebut, salah satunya adalah membiasakan diri untuk tidak santai dan bermalas-malasan karena dapat mendatangkan berbagai macam penyakit. Semoga salah satu dari Koleksi Cerita Abu Nawas ini bermanfaat.


·        Apresiasi
            Nama Abu Nawas begitu populernya sehingga cerita-cerita yang mengandung homor banyak yang dinisbatkan berasal dari Abu Nawas.Tokoh semacam Abu Nawas yang mampu mengatasi berbagai persoalan rumit dengan sytle humor atau bahkan humor politis ternyata juga tidak hanya ada di negeri Baghdad. Kita mengenal Syekh Juha yang hampir sama piawainya dengan Abu Nawas juga Nasarudin Hoja yang sufi yang lucu namun cerdas. Kita juga mengela Kabayari di Jawa Barat yang konyol namun ternyata juga cerdas.
            Abu Nawas setelah matipun masih bisa membuat orang tertawa. Didepan makamnya ada pintu gerbang yang terkunci dengan gembok besar sekali. Namun kanan dan kiri pintu gerbang itu pagarnya bolong sehingga orang bisa leluasa masuk untuk berziarah ke makamnya. Apa maksudnya dia berbuat demikian, mungkin itu adalah simbol watak Abu Nawas yang sepertinya tertutup namun sebenarnya terbuka, ada sesuatu yang minteri pada diri Abu Nawas, ia sepertinya bukan orang biasa, bahkan ada yang menyakini bahwa dari kesederhanaanya ia adalah seorang sufi namun ia tetap dekat dengan rakyat jelata bahkan konsis membela mereka yang lemah dan tertindas.




                              KESIMPULAN
                Dari pembahasan – pembahasan yagn telah dilakukan dapat kita simpulkan bahwa karya sastra melayu klasik adalah termasuk prosa lama yagn masih sangat terikat dan mempunyai karakteristik tersendiri. Sastra melayu klasik masih sangat kental mengandung pesan moral. Nilai – nilai sosial budaya, dan adat – istiadat daerah.
Sastra melayu klasik sangat berbeda dengan novel terjemahan. Dilihat dari segi ciri – ciri maupun nilai – nilai yang terkandung didalamya. Walaupun di satu sisi memiliki kesamaan yagn dilihat dari segi unsur intirinsik dan ekstrinsik.
Dalam penyebarannya novel terjemahan masih lebih banyak disukai di masyarakat di banding sastra melayu.


DAFTAR PUSTAKA
Karya Sastra Melayu Klasik :

Cerita Rakyat :





            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar