Rabu, 21 November 2012

Knowledge


Eksploitasi Alam Secara Berlebihan
Diawali dalam konfrensi PBB pada 22 maret 1992 tentang sumber daya air, maka 1 tahun
kemudian diperingati sebagai hari air sedunia. Tema utama dalam rangka peringatan hari air
sedunia ”water and food security” atau air dan keamanan pangan. Di Indonesia, mengambil
tema ”ketahanan air dan pangan”. Menjadi pertanyaan sekarang, kenapa mesti ada hari air dan
ada apa dengan air..?.
20-25 tahun yang lalu, saat saya masih duduk di bangku SD di Kalimantan Tengah, saat hujan adalah saat yang menyenangkan. Orang tua saya membiarkan saya dan teman-teman untuk
berhujan-hujan ria. Bak katak yang merindukan hujan, begitulah kami saat itu begitu suka ria
dibawah guyuran air hujan. Orang tua kami juga menampung air hujan dalam drum-drum bekas
minyak atau oli, yang nantinya digunakan untuk memasak dan kebutuhan sehari-hari.
Sekarang, apakah masih berani hujan-hujanan atau mau membiarkan anak-anak kita bermain hujan?. Berani, baiklah jika berani maka siap-siap menanggung akibatnya, terutama kita yang tinggal di kota-kota besar dan sekitarnya. Apakah kita yakin, air hujan dulu sama dengan air hujan sekarang?. Mungkin secara kuantitas dan siklus tidak banyak terjadi perubahan, tetapi
secara kualitas patut dipertanyakan.
Sejak SD kita sudah mendapat pelajaran IPA tentang siklus air. Sangat sederhana, air yang menguap lalu naik ke angkasa, lalu terkumpul dan saat jenuh jadilah hujan. Kira-kira begitu
teorinya, tetapi pertanyaan kemudian adalah dari proses penguapan hingga terjadinya hujan ada
pernak-perniknya tidak?. Penambahan material cemaran udara adalah biang keladi turunnya
kualitas air hujan, yakni yang saat ini dikenal sebagai hujan asam.
Secara prinsip dan teori, di dunia ini tidak ada yang berubah dengan air. Dibalik konsistensi jumlah air, ternyata ada beberapa parameter yang kemudian dijadikan rujukan sumber masalah.Kualitas dan kuantitas air sudah berubah, keterlanjutan dan ketersediaan juga semakin mengancam, dan yang paling menakutkan adalah persebaran air. Hujan asam akibat dari
pencemaran sudah jelas menurunkan kualitas air.
Kuantitas air berhubungan langsung dengan musim dan penyebaran air. Saat musim hujan air begitu melimpah hingga air bah dan saat kemarau kekeringan dimana-mana. Keterlanjutan air yang berkualitas juga semakin menurun akibat perusakan lingkungan, eksploitasi air bawah tanah secara berlebih, hingga penyalahgunaan air. Waktu dan sebaran, jelas berkaitan dengan musim yang semakin tak menentu akibat pergeseran cuaca yang tak jelas. Dahulu daerah yang bebas banjir, kini jadi langganan, dahulu daerah dengan air melimpah kini kesulitan air dan masih banyak lagi perubahannya.
Disadari atau tidak disadarai kita adalah aktor utama terjadinya permasalahan tersebut diatas.Katakanlah kita yang normal sehari mandi 2 kali @20liter dan minum 2,5 liter air maka 40,5liter air bersih sudah kita cemari. Mungkin kita bisa lebih dari itu, sebab mencuci mobil, aktifitas dapur, pertanian, industri dan lain sebagainya memberikan kontribusi yang besar terhadap pencemaran air. Coba kita pikirkan, berapa banyak air yang kita cemari dan berapa banyak air yang kita kembalikan ke bentuk aslinya ”kualitas baik”..?.
Alam memiliki mekanismenya sendiri dalam perbaikan air, saat di angkasa yakni dengan
penguapan lalu jadi hujan, saat ditanah dengan pengendapan, penyaringan, penyerapan dan
distribusi air bawah tanah. Berapa ongkos yang kita bayar untuk jasa alam dalam mengolah air?
apakah hanya sebatas ”bayar retribusi PDAM”, bayar air mineral dalam kemasan?, apakah
PDAM dan pabrik AMDK ”air mineral dalam kemasan” juga membayar jasa lingkungan?. Tidak
mungkin kita menanyakan atau mengaudit apakah kita dan mereka yang bayar, tetapi ‘’sadar,
aksi dan keterlanjutan” jauh lebih mahal bayarannya.
Kapan kita sadar sudah merusak air, kapan kita beraksi memperbaiki diri dalam tindakan yang merusak secara berlebihan dan kapan kita melanjutkan aksi-aksi yang ramah lingkungan?.
Hanya kita sendiri yang bisa menjawab, melakukan dan melanjutkan. Hemat air, penghijaun,
mengurangi pencemaran adalah sekian dari wujudnyata, tetapi yang terpenting adalah diawali
kesadaran kita betapa penting dan vitalnya air. Berpikir sekian kali sebelum menggunakan air
yang nantinya akan turun kualitas dan kuantitasnya, agar bisa seminimal mungkin dalam pemakaiannya. Berpikir juga, akan kemana dan jadi apa air yang kita cemari tersebut, yang
nantinya akan berdampak buruk bagi lingkungan dan orang lain.
Sadarlah tentang perbuatan kita, segera beraksi dan bertindak atas kesalahan kita dan lanjutkan apa yang sudah baik kita kerjakan. Air tidak akan berubah dan berkurang, tetapi kualitas, ketersediaan, dan keterlanjutan itu yang harus kita pikirkan. Mari kita rubah paradigma dan pola pikir kita tentang air yang tak bakal berubah dan berkurang dibumi ini. Air adalah
sumberkehidupan, maka ”dengah air, bijaklah”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar